Shohih secara bahasa artiya sebagaimana jasad yang sembuh, sehat, selamat dari cacat kebalikannya adalah sakit. Sedangkan secara istilah shohih adalah :
مَا اِتَّصَلَ سَنَدُهُ بِنَقْلِ العَدْلِ الضَابِطِ عَنْ مِثْلِهِ إِلىَ مُنْتَهَاهُ مِنْ غَيْرِ شُذُوْذٍ وَلاَ عِلَّةٍ.
Apa-apa yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, dhobit ( hafalannya kuat) dari awal sampai akhir sanad dengan tanpatidak syadz ( rancu ) dan tidak pula cacat
A. Syarat-syarat Hadits Shohih
1. Bersambung Sanadnya ( اتِّصَالُ السَّنَدِ )
Maksudnya setiap perowi selalu sambung didalam menerima riwayat hadits dari perowi diatasnya mulai awal sampai akhirnya sanad.
Dianggap tidak bersambung apabila terputus salah seorang rowi atau lebih dari rangkaian para perawinya atau ada perowinya tapi perowi dho'if.
2. Adil para Perowinya ( عَدَالَةُ الرُّوَاةِ )
Maksudnya adalah orang islam,berakal , baligh ( saat menyampaikan sudah berakal dan baligh walaupun saat mangkul belum berakal dan baligh ), bertaqwa ( menjahui dosa besar dan tidak terus-menerus melakukan dosa kecil ), selamat dari adab yang tidak baik ( seperti makan sambil jalan, berkata porno dan lain sebagainya ).
3. Perwainya sempurna Dhabith-nya ) تَامُّ الضَّبْطِ )
Maksudnya para perowinya mempunyai daya ingat yang sempurna terhadap hadits
yang diriwayatkannya.
Dhobithnya rowi terbagi menjadi dua :
- Dhobtul shodri : Menguasai dengan hafalan , bisa menyampaikan kembali pada muridnya persis seperti yang didengarnya. (kuat hafalannya sampai matinya)
- Dhobtul kitab : Menguasai bukunya, selamat dari penulisan yang salah.
4. Tidak Syadz / Syudzudz ( عَدَمُ الشُّذُوْذِ )
Maksudnya tidak janggal atau rancu karena bertentangan dengan hadits lain yang lebih kuat atau lebih tsiqqah perowinya atau lebih banyak perowi tsiqoh yang meriwayatkannya.
5. Tidak Ber’illat ( عَدَمُ الْعِلَلِ )
Maksudnya hadist yang sanad maupun matannya tidak mempunyai cacat yang samar ataupun keraguan yang mengurangi keshohihan hadist tersebut.
Contoh Hadist Shohih, hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dalam sohihnya, dia berkata :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ : أَخْبَرَنَا مَالِكٌ ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَرَأَ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّورِ.
Hadist ini shohih karena sanadnya muttashil masing-masing perowinya mendengar dari gurunya, dan menurut ulama' jarh wata'dil semua perowinya adil dan dhobith, rinciannya :
Abdulloh bin Yusuf ( Tsiqoh Mutqin )
Malik bin Anas ( Imam Hafidz )
Ibnu Syihab az-Zuhri ( Faqih Hafidz )
Muhammad bin Jubair ( Tsiqoh )
Jubair bjn Muth'im ( Shohabat )
B. Hadist Shohih dibagi menjadi dua :
1. Hadits Shohih li-Dzatih
Adalah suatu hadits yang memenuhi lima syarat diatas yaitu sanadnya bersambung dari permulaan sampai akhir, para perowinya adil, sempurna dhobith nya, serta tidak adanya syadz dan ‘Illat yang tercela.
2. Hadits Shahih li-Ghairih
Adalah hadits yang asalnya hasan kemudian derajadnya menjadi shohih karena ada penguat dari hadist yang lain
والصحيح لغيره: هو الحسن إذا تعددت طرقه، وسُمي صحيحاً لغيره؛ لأنه إنما وصل إلى درجة الصحة من أجل تعدد الطرق.
Shohih li-ghorih yaitu hadits hasan karena adanya syahid atau mutabi’ yang menjadikan tambahnya derajad maka dinamakan shohih lighoirih.
C. Hukum berhujjah dengan Hadits Shahih
Wajibnya mengamalkan Hadist Shohih sebagai hujah atau dalil syar'i sesuai kesepakatan ahli hadits dan sebagian ulama ushul dan ulama fiqh.
D. Marottib ( tingkatan ) Hadits Shohih
Tingkatan hadits shohih itu tergantung kualitas dhobith dan adilnya para perowi. Semakin dhobith dan adil para perowinya maka akan semakin tinggi derajat sanadnya.
Sebagian ulama membagi tingkatan sanad menjadi tiga yaitu:
- Rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya ( ashoh al-asanid ). Seperti periwayatan sanad dari Malik bin Anas dari Nafi’ dari Ibnu Umar.
- Rangkaian sanad hadits yang yang tingkatannya dibawah tingkat pertama diatas. Seperti periwayatan sanad dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas.
- Rangkaian sanad hadits yang tingkatannya lebih rendah dari tingkatan kedua. seperti periwayatan Suhail bin Abi Sholih dari Solih dari Abi Hurairah.
Tingkatan Hadist Shohih secara berurutan:
1. Hadits yang disepakati bukhori dan muslim (
muttafaq ‘alaih).
2. Hadits yang diriwayatkan bukhori saja.
3. Hadits yang diriwayatkan Muslim saja.
4. Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan bukhari dan muslim.
5. Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan bukhori saja.
6. Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan muslim saja.
7. Hadits yang dinilai shahih menurut ulama hadits selain bukhori dan muslim dan tidak mengikuti persyaratan salah satu dari keduanya atau kedua-duanya , seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain.
E. Istilah para ahli hadist dalam penyebutan hadist shohih
1.
Wafiihi ashohhu al-asaanidi
2. Hadza haditsun shohih al-isnadi
3. Isnaduhu shohih
4. Hadza haditsun shohih
5. Muttafaqun alaih
6. Ala shihhatih
7. Akhrojahu al-Bukhori wa muslim
8. Shohih ala syarti al-bukhori wa muslim
9. Hasan shohih
10. Hadza haditsun jayyid
11. Shohih lighoirih
12. Hadza haditsun stabit
13. Mujarrod
baca juga : Hadits Hasan
Hadits Dhoif