Berkembangnya agama Alloh yaitu agama
Islam memberi dampak yang luar biasa dalam kehidupan didunia ini.
Termasuk banyaknya orang yang '
mendadak ' jadi figure ulama' karena popularitas maupun kontrofersinya. Ada
Ulama' yang dengan kemampuannya meneliti tentang kedudukan sebuah hadist,
apakah hadist tersebut termasuk hadist Shohih, Hasan, Dho'if, Maudlu', Mungkar
dan lain sebagainya. Namun karena kemampuan mereka yang beragam sehingga
hasilnyapun juga beragam, ada sebuah hadist menurut penelitian Ulama' A
dinyatakan hadist shohih, namun oleh ulama' B dinyatakan sebagai hadist dho'if,
dan lain sebagainya.
Sebagai umat islam kita tidak perlu
bingung atau malah ragu atas apa yang selama ini telah kita kerjakan yang
mungkin berseberangan dengan penelitian dari salah satu ulama' tadi, tapi
kembalikan saja kepada apa yang telah didapatkan di fahami dan di amalkannya
selama ini . Tentunya kita juga harus memegang prinsip bahwa pengamalan
kita di amini oleh ulama' - ulama' yang
lebih dahulu.
Kita menyakini bahwa ulama' dulu
lebih mengetahui dan lebih memahami suatu hadist dari pada ulama' zaman
sekarang, jangan sampai kita meremehkan ulama' – ulama' terdahulu dan justru
mengepolkan ulama' zaman sekarang, berdasarkan sabda Rosululloh Sholallohu
'Alaihi Wassalam :
لاَ
تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا
بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ ، وَلاَ نَصِيفَهُ.رواه البخاري
"Janganlah
kalian mencela shohabatku, sebab seandainya kalian menginfakkan emas sebesar
gunung uhud maka belum menyamai satu atau setengah mud infak mereka
shohabat". ( H.R. Bukhori
).
Dengan dasar hadist tersebut maka berbagai
upaya apapun yang di kerjakan oleh ulama' zaman sekarang tidak akan mampu
menyamai upaya ulama' zaman dahulu.
Wallohu ' a'lamu bisshoab.